Berapa banyak orang di dunia ini yang hidupnya dipenuhi rasa
kegelisahan dalam hatinya dan kebingungan yang tak berujung hanya karena
persepsi yang salah tentang kebahagiaan.
Sebenarnya apa itu kebahagian itu? Megapa banyak orang sulit untuk
meraihnya? Apakah meraka tidak bisa menemukan kebahagiaan? Atau mereka
menemukan hal yang mirip dengan kebahagiaan tetapi sesungguhnya bukan
kebahagiaan?
Pertanyaan ini sudah muncul sejak berabad-abad yang lalu dan misteri
kebahagiaan ini masih saja belum menemukan jawaban yang tuntas, disini
saya akan mencoba untuk menoba mendevinisikan kebahagian tersebut,
Menurut saya sebenarnya mereka itu bukannya tidak menemukan kebahagiaan, hanya saja mayoritas orang salah dalam mengartikan kebahagiaan tersebut.
Bagaimana tidak? karena sesunguhnya kebahagiaan itu hanya dapat
dirasakan oleh orang-orang yang pandai dalam meng-syukuri dan tabah
dengan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya didunia ini 2 sifat ini
muncul karena keyakinan seseorang akan Tuhan.
Maka jika sesorang telah hidup sebagaimana mestinya dan ketika
kegagalan menderanya dia tak berputus asa atas kegaglan tersebut dan
ketika keberhasilannya dalam suatu usaha ia raih, sombong dan congkak
bukanlah sifat yang akan terlihat darinya.
Namun yang terjadi pada saat ini bukanlah seperti cerita diatas,oleh
karenanya disini saya akan menyebutkan beberapa hal yang menyebabkan
kebahagiaan itu sulit kita raih agar dapat kita hindari dan
menjadikannya sebagai solusi terbaik dalam meraih kebahagiaan yang
hakiki dalam kehidupan,
Pertama : Manusia cenderung mencari kebahagiaan dengan
cara menemukan benda-benda yang diluar yang mereka anggap bisa
membahagakan, dalam hal ini yang berperan penting adalah uang,
kebahagian seringkali ditafsirkan dengan uang,harta benda dan kekayaan
sebab mereka berkeyakinan bahwa kebhagiaan adalah kemampuan ketika kita
bisa mendapatkan apapun yang kita iniginkan dan solusi terbaik untuk
mendapatkanya adalah uang. Ini yang membuat diri kita mencurhkan segenap tenaga dan pikiran demi memperolehnya.
Yang menarik dalam hal ini ternyata uang bukannya
bisa membuat kita merasa bahagia tetapi justru rasa tidak puas. Semaki
kita memperoleh uang maka semakin tidak puas pula diri kita dengan hasil
yang telah kita peroleh dan dari keidak puasan ini maka sudah pasti
kebhagian bukanlah hal yang kita peroleh.
Kedua : Manusia sreingkali memaknai kebhagiaan
dengan kesenangan dan kenikmatan. Setiap orang memang senantiasa mencari
kesenagna dan menghindari kesakitan, ini sudah menjadi fitrah dari
manusia tanpa terkecuali, namun seringkali manusia hanya mempunayai
perspektif jangka pendek yang menyebabkanya jatuh kedalam jurang
ketidakbhagiaan karena manusia sringkali terpedaya pada kenikmatan dan
kesenangan yang padahal ujungya menghantarkan pada penderiataan yang
jauh kebih mendalam.
Mendapatkan uang se-banyak-banyaknya dengan cara yang mudah adalah
kesenangan, tapi orang lupa bahwa diujung kebahagiaannya dia harus
membayar dengan penderitaan telah menantinya misalkan jika ia harus
menghadapi hukuman karena korupsi, tergoda dalam kesenangan seks yang
secara kasak mata terlihat bahwa itu adalah bentuk dari kebhagiaan dan
terlihat sangat menyenagkan untuk kemudian harus menuai hancurnya
kredibilitas.
Ke empat : ketidak percayaanya manusia akan hukum alam yaitu hukum sebab-akibat yang telah diatur oleh tuhan didunia sebagai cara Tuhan untuk intervensi dunia ini karena setiap perbuatan dialam ini akan ada akibatnya, tidak ada yang gratis.
Segala kebaikan pasti akan berakibat kebaikan pula meski tidak terjadi
secara langsung begitu pula sebalinya. Banyak orang berfikiran bahwa
hukum alam ini adalh relatif dan brfikir bahwa dia bisa mengakali hukum
alam, mungkin pemikiran inilah yang menyebabkan manusia tak segan-segan
melakukan kejahatan meski merka tau bahwa setiap keburukan akan menuai
keburukan.
Pemikiran sperti ini sesungguhnya mencerminkan bahwa manusia tidak
sepenuhnya percaya pada Hukum-Hukam Tuhan, ketika kita melakukan
kejahatan sekecil apapun maka sesungguhnya kita telah merusak kbahagiaan
kita sendiri. Ingatlah bahwa jiwa manusia itu suci pada fitrahnya, maka
jika kita melakukan kejahatan sudah pasti muncul rasa gelisah, tidak
tenang dan perasaan dikejar-kejar rasa bersalah, sesorang yang melakukan
kejahatan bisa saja mersa gembira atas kejahatannya sendiri. tapi tidak
bisa di pungkiri dibalik kesenagnya itu rasa tidak tenang dan tidak
damai selalu inggap dihatinaya. Batas kebahagiaan manusia itu adalah
kebaikan, ketika seorang manusia keluar gari jalur kebaikan maka hatinya
akan gelisah dan akan kembali damai lagi jika ia kembali kepada
kebaikan.
I Agree RT karena sesunguhnya kebahagiaan itu hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang pandai dalam meng-syukuri dan tabah dengan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya didunia ini
BalasHapus